Sunday, December 19, 2010

Aku tahu kamu BUKAN Pangeranku


Beberapa hal memang tidak bisa dijelaskan dengan logika. Beberapa hal dalam hidup ini memang tidak bisa dirambah dan dijamah dengan kenormalan. Semua berjalan, semua bergerak dengan sendirinya. Aku tidak merencanakan, hanya ketika aku dalam tingkat kejenuhan dan malas untuk berjalan, kamu datang dan mengulurkan tangan. Tadinya hanya ingin kugenggam, sekarang aku nyaris berlari bersamamu.
Berlari bersamamu begitu ringan, hanya berpikir tentang senang sekarang, bukan selamanya. Berlari bersamamu penuh kejutan, kadang terjungkal dan kadang melompat. Semua seirama lagu riang pagi hari. Tanpa menggurui, dan tanpa membuatku sesak nafas. Tidak ada euphoria tentang memaknai kebersamaan, semua hanya untuk kesenangan. Aku senang dan kamu senang, maka hari kami akan berpelangi.
Aku tidak sedang jatuh cinta. Aku hanya bermain, mengulaskan warna di buku gambarku yang hampir setengah halaman akhirnya berwarna kelabu. Setahun yang lalu aku memulai, mengulas warna pelangi dengan penuh cinta, bahkan terlalu banyak warna pelangi, di awal semuanya tentang warna pastel yang lembut, bergerak ke warna merah yang menantang, lalu ke kuning yang penuh cemburu, bergerak ke biru yang sendu, hingga terus hanya mampu mengulas warna abu-abu kelabu dan terus abu-abu kelabu, hingga hitam. Hanya segaris hitam yang bisa kuulas. Menghadapi realita di depan mataku, aku btidak bisa terus mengulas warna pelangi.
Tetapi Kamu bukan pangeran, kamu sederhana. Tidak mungkin mengajakku ke istana. Aku tahu itu. Kuminta, jangan kamu berubah jadi penyihir jahat yang tenggelamkan aku lagi dalam kolam cat hitam.
Apa kamu tahu? Mungkin aku tidak akan menangis karena kehilanganmu, mungkin hatiku hanya akan perih dan sakit, karena aku kehilangan teman bermain. Jangan semena-mena memintaku berhenti mewarnai, kalau kamu ingin berhenti. Berhentilaaaaaaah!! Tapi aku ingin bermain, aku kan lupakan belari beriringan denganmu, aku akan lupakan indahnya menari denganmu, mungkin aku memang tidak mencintaimu, tapi aku menyayangimu… setiap inchi yang kita gambar bersama, kuwarnai dengan kesadaran… aku tidak suka kamu meremas kertas gambarku, aku tidak suka kamu menumpahkan warna kelabu di gambar pelangiku… aku tidak sukkaaaa!!
Jadi, silakan kamu pergi… kamu bukan pangeran, dan tidak pernah akan kumantrai untuk jadi pangeranku.
Lalalalala…. Avada kedavra
Aku kan membeli lagi buku gambar yang baru…. Di esok pagi ketika sedikit reda amarahku…

Adeline yang sedang melukis dalam kemarahan.
Jogja, 19 desember 2010 tepat pukul setengah empat pagi.

No comments: