Tuesday, January 13, 2015

Re-run

How you thinking bout loving someone? Its just like taking a risk to carry a glass with your hand. Once you slipped they gone.

Aku menunggu panggilan untuk pesawatku, masih sama rasanya, gelisah. Im still Alexa that hate plane, hate of travel, hate of waiting something that she doesnt know where is belong. But here i am, memulai lagi sebuah perjalanan. Alone. Sebelum satu bulir air mata jatuh lagi di pipi. Aku segera berdiri menuju pintu itu, sebuah pintu yang akan membawaku kesana, pesawat tujuan kansai osaka .

 Matahari dengan cahaya keemasannya menerobos masuk dari jendela pesawat, kumpulan awan putih, langit biru yang cemerlang. Aku mengerjapkan mata, menyebut nama penciptaku dalam hati. Siapalah pemilik dari semua ini hanya Dia semata, Dia yang merencanakan segalanya. Kupejamkan mata lagi, semua akan berakhir, semua luapan ini,  Perasaan rindu yang menyelinap lagi, rindu yang perih kurasakan, rindu yang tidak dapat lagi aku sampaikan pada pemiliknya. But i promise i wont, i wont tell him that i miss him even i can show him now. Yes that’s i am after that hurricane. im in pain i guess,,,

  Before

“Kita menikah 3 minggu lagi, apa yang kau pikirkan ? Untuk apa booking tiket pesawat ini?” Kertas hvs berukuran A4 yang aku print tadi siang dilemparkannya ke meja kerjaku, aku bukan tidak tahu betapa murkanya pria yg sekarang sedang berdiri dihadapanku. tapi Bukan aku jika berusaha meraih hatinya dengan merayu-rayu dan bilang itu hanya bercanda. Karena aku memang tidak bercanda ketika memutuskan untuk melakukan perjalanan ke jepang itu sendirian, di waktu yang sangat mepet dengan rencana pernikahan kami.

 “Maaf, tapi aku perlu perjalanan ini...” ucapku lirih tanpa berani menatap wajahnya, menatap pria yang akan segera menjadi suamiku.

 “aku akan menghabiskan seluruh hidupku selamanya padamu, tolong biarkan aku pergi ..” dengan tidak tahu malu aku tetap memohon padanya.

 BRAK

 Suara pintu di banting adalah ijinnya. Diamnya adalah persetujuan atas permohonanku. Panggil aku egois. Memang aku egois. Keputusanku menikahinya juga karena aku egois... Hanya karena aku tahu, dia adalah pria yang akan rela menikahiku dalam keadaanku yang terhancur sekalipun. (1)

No comments: