Chapter 1
Every body has a movie in their life. Gila? Yeah inilah dunia. Gila
itu bagian dari dunia ini, mau bertahan dengan segala hal yang diluar
planningmu? Kamu harus bersiap untuk gila agar bisa melewatinya.
Seperti mereka, ketiga gadis di penghujung usia 20an yang sedang
duduk berhadapan di sebuah coffee shop. Maria, bertubuh paling mungil
dengan rambut yang bergelombang tergerai sexy melewati pinggang,
meskipun paling berwajah imut, tetapi dari segi usia Maria adalah yang
paling tua diantara mereka. Hana duduk disampingnya, si sensual itu
berkali-kali mengecek make-upnya, memastikan tanpa cacat, extension hair
model terbaru tergerai sempurna sampai bahu. Terakhir adalah Natalie
yang tampak sibuk mengetik diatas ipadnya, dengan potongan rambut sebahu
ala japan-style yang dengan percaya diri diwarnai merah, Look smart
dan tegas.
“Nat! taruh itu benda.. atau kulempar nanti!” Hana membentak Natalie yang memang tidak bisa berhenti menyentuh ipadnya.
“Sebentar, masih bikin report. Penjualan bulan ini lumayan naik
drastis, ini karena aku bertengkar dengan Aldi hampir di setiap
minggu.” Ujar Natalie datar.
“Kalian gila, grafik bertengkar dan omzet penjualan kok dikaitkan.
Kalian pasangan gak waras.” Omel Hana lagi, sambil meminum
cappucinnonya.
“Memang selalu begitu ya Nat? bertengkar hebat? Lalu penjualan
kalian meningkat?” Maria menyela kedua sahabatnya sebelum Natalie akan
berbalik membalas Hana.
“Yah, begitulah it’s always happened. Kami kan pasangan gak waras!”
dengan kesal Natalie memasukkan Ipadnya ke tas, tak lupa mengambil
Marlboro menthol light yang selalu ada di tas hermesnya, segera
dinyalakannya dan dihamburkan ke udara, setiap hembusan itu adalah
masalah yang ingin Nat keluarkan dari dalam sesak dadanya.
“Aku gak meragukan kalian as a couple Nat.. tapi.. oh come on, dia
harus menikahi perempuan lain Nat! leave him! Perjanjiannya untuk
kembali padamu setelah bercerai itu bullshit!! “ sekali lagi Hana
menceploskan kalimat yang membuat dada Natalie mencelos. Dan si pembuat
onar itu tampak tak bersalah dan sedang asik memainkan blackberrynya
“Mar, ada kabar apa dari Rio?” Natalie mengalihkan perhatiannya pada
Maria, yang gak lepas dai ponselnya sedari tadi. LDR yang dijalaninya
dengan Rio hampir setahun ini cukup berat baginya.
“Dia, sedikit aneh. Aku bertengkar. Tapi.. ah sudahlah malas bicara
tentang dia, bicara yang lain saja.” Maria meletakkan ponselnya, lalu
memangku dagunya. Pandangannya nanar ke luar jendela.
“Paijoooooo!!!!” tiba-tiba Hana berteriak.
“Kenapa kamu ?” Maria yang kaget spontan memukul punggung Hana.
“How dare!! How dare he…. “ mata hana berkaca-kaca, sekejap
tangisnya pecah. Natalie merampas blackberry Hana dan membaca pesan
disana. Sebaris kalimat menakutkan dari love of my lifenya.
Bunbun
Mu, kita temenan aja ya… aku menyukai orang lain.
“Hana… “ Natalie meletakkan Blackberry Hana diatas meja, dengan
gugup diambilnya lagi sebatang rokok dari tasnya. Sementara Hana
menangis di pelukan Maria.
“He slept with me last week!!! How dare!!” Teriakan histeris dan tangisan Hana mengakhiri pertemuan mereka sore itu.
------------------------
Hana
Buat aku, Bun bun adalah segalanya. Impianku sederhana. Memiliki
keluarga kecil bersamanya. Memasakkan makanannya, mengasuh anak-anak
kami, menyambutnya sepulang kantor, melayaninya sebagai istri yang baik.
Istri. Hanya itu cita-citaku being a wife. a housewife. Kisah desperate
housewife itu terlalu lebay bagiku. Mana mungkin kamu akan desperate,
jika memiliki keluarga kecil dan bahagia bersama orang yang kau cintai?
Menghabiskan waktu bersama mereka, melihat mereka tumbuh dan kamu akan
menua bersama kekasihmu. Simple, hanya sesimpel itu hidup yang
kuangankan. Tiga tahun bersama, menghadapi kedua orangtuanya yang tidak
pernah merestui hubungan kami, perbedaan keyakinan yang kami anut, wajah
ibunya yang tidak pernah bersahabat, menusukku dari belakang dan
mengadu kami berdua. Aku mengalah, setelah bicara dengan ibuku, ak pun
berniat mengikuti keyakinannya, buatku Tuhan itu satu, dengan cara
apapun kami berdoa itu tidak masalah. Tuhan itu baik, dia akan mendengar
semua doa hambanya tanpa peduli dia berasal dari agama apa. Dan setelah
semua itu? Buntelan kentut sialan itu mencampakkanku begitu saja,
digantikannya aku dengan barbie yang lain. Buntelan kentut itu membawa
semua impianku, setelah dia diterima sebagai pegawai pemerintah di
sebuah departemen. Dia mencampakanku yang mendoakannya, memberinya
dukungan, dan yang setia mengantar jemputnya disaat ujian masuk. Dadaku
sesaaaak, sesak penuh amarah, egoku tersakiti.
MARIA
Salah kalau hanya Hana yang paling menderita di coffeeshop tadi.
Sebelum kami bertiga bertemu, seharian ini aku stalking facebook Rio,
dan menemukan foto profilenya bersama wanita itu. What the hell is going
on!!! Aku mengambil banyaaaaaaaaaak resiko ketika memutuskan pacaran
dengan pria yang 6 tahun lebih muda dariku ini. Dengan kesungguhannya
saat itu, Rio membuatku mengalahkan logika. Setahun yang lalu, dia harus
pulang ke Medan. Dengan berat hati kujalani Long Distance relationship
ini. Menepis semua pikiran-pikiran buruk yang hinggap dikepalaku kalau
ini semua gak akan berhasil. DAMN IT! 5 tahun kujalani ini, dengan
usiaku yang sudah lebih 30 ini, dan aku harus patah hati? Tidak! Aku
akan bertahan!! Dia gak akan sanggup tanpaku, dia pada akhirnya akan
memilihku, dia hanya sedang nakal… nakal diusianya, kenakalan yang
wajar. Aku harus sabar… aku akan sabar.
NATALIE
Bagaimana kamu membaca pertanda? Ketika yang disuguhkan padamu
adalah banyak kemudahan dan keindahan, tidakkah kamu akan berpikir kalau
itu semua adalah sebuah SIGN, tanda… tanda untuk sesuatu yang akan
terjadi? Banyak kemudahan dan keindahan berarti pertanda untuk
kebahagiaan, sedangkan banyak kesialan adalah pertanda untuk kesedihan.
Tapi jangan salah membaca, jika salah… hal sepertiku yang akan didapat.
Aku mengira, segala kemudahan yang kuterima dari Tuhan ketika Aldi
datang di kehidupanku adalah sebuah anugerah yang luar biasa. Dekat dia
aku nyaman, dekat dia aku merasa dihargai, dekat dia aku merasa
disayangi.
Tepat sebelum kalian tahu jika ternyata bisa mengerikan. Menurutmu?
Mengerikan tidak, jika malaikatmu… laki-laki yang kamu pikir terbaiiiik
didunia, Karena mau membersihkan muntahanmu ketika kamu mabuk, mau
menungguimu ketika kamu sakit, menemanimu sepanjang malam menangis,
cowok se sweeeet itu, tidak bisa kamu miliki karena keadaan. Jika tidak
ada bisnis yang sedang kami bangun bersama ini, mungkin kami sudah tak
bersama. Setiap kami bertengkar,omzet penjualan kami meningkat. Kami
menyebutnya “pertanda”
Kami complicated, sama-sama tidak pernah menyampaikan dan mengakui
saling tertarik, saling ingin menggenggam tapi kami memutuskan untuk
tidak peka. Aku dan Aldi saling menjahati, bergantian melontarkan
kata-kata sinis, yang selalu berakhir dengan bertatapan plus mata
berair. Kami tidak bisa bersama, karenanya kami menepis jauh keinginan
untuk bisa bersama. Terlalu panjang jalan yang harus kami lalui, dan
semuanya gak mudah untuk dilewati. Kami hanya bisa menghitung waktu,
berapa lama kami bisa saling bersisian. Bertengkar sudah menjadi
rutinitas, tapi itu gak menghentikan kami untuk tidak saling bertemu. If
I’m not wrong we really in love each other…
Bersambung…
No comments:
Post a Comment