Wednesday, March 4, 2015

Insert fragmen

Sebanyak apa manusia bisa bertahan dari semua yang harus dilewatinya demi impian? Brapa banyak kehilangan yang harus dilalui, berapa banyak kata ikhlas harus sering diucap agar sampai ke pencipta?

Teruslah berusaha jadi yang terbaik. Jangan malas. Jangan pernah mundur. Sebentar lagi pasti sampai :)


Love ,

Aline Natasha

Monday, March 2, 2015

eternity 6

Natalie mengaduk-aduk lemarinya , kedua sahabatnya memandang dengan bengong. 

"whats your job?" Hana melempar rok mini kearah Natalie
"i cant wearing that!" Natalie melempar balik rok itu ke Hana
"Hey! you are the fabolous fashion blogger, not us. Dan kamu gak bisa nentuin apa baju kencanmu? pathetic"
"shut up hana! ini dimas, aku ga bisa pake sembarangan kalau ketemu dimas."
"why? just be yourself... " Maria menimpali sambil membawakan Natalie black dress mini favoritnya.
"No, gak yang itu... yang lebih sophisticated." Natalie menolak gaun dari Maria
"This one!"

sebuah atasan ruffle berwarna putih dipadu rok pink bunga-bunga selutut. Natalie tampak manis, dengan rambut yang sudah tidak di cat merah, warna coklat dengan potongan bob sebahu dan hiasan anak poni membuatnya tampak imut.

"Well, Natalie ... you look ... cute."
"Thank you Han, thats very cynical."
"Cantik kok Nat... manis, go go go meet your prince."

Natalie berhenti menyisir rambutnya, dan memandangi kedua sahabatnya dari pantulan kaca. 

"Im not sure... apa aku harus benar-benar menemuinya sekarang? kalian tahu... mungkin kalian juga sudah bosan mendengarku selalu menceritakan tentangnya. aku bahkan gak tahu mau bicara apa, ngobrol apa... " ujar Natalie sambil mengenakan pearl necklace di lehernya yang jenjang.

"Kamu yang cumlaude disini, bukan aku ataupun maria. kamu yang punya otak paling pintar. kalau aku? aku pake baju paling sexy dan langsung cium saja kalau aku mau... gak perlu rempong mikir mo ngoomong apa" Hana memoles ulang lipsticknya. 

"Go get him Nat, kalau gak ditemuin kamu gak bakal tahu." Maria menyodorkan heels berwarna putih. 
" I love you." 
---

Dimas sudah datang terlebih dahulu, duduk sambil membaca sebuah buku di sofa yang dekat dengan jendela, Natalie berjalan mendekat dengan perlahan . 

"Hai!" 

"Hai Al..." 

"maaf aku terlambat... aku tadi,,,"

"That's okay Al.. mau minum apa?"

"Good life? kamu baik-baik saja? maaf ya aku gak datang ketika ..."

"That's okay... hmm cant we skip it? aku gak mau bicarain itu... hahahaha aku hanya gak suka mengingat hari itu.. thats awful." Natalie memainkan sedotan di frappucinno-nya

"Aku ga nyangka tempat ini masih ada, dulu kita sering kesini."

"Iya masih awet sih, hahaha gak banyak yang berubah kok dari kota ini. kamu? gimana? belum menikah? " Natalie bertanya sambil salah tingkah

"Belum, kamu?"

"Not yet, hahahaha, aku... masih menunggu pria yang tepat."

"semoga segera kau temukan ya... "

Natalie

dimas masih dimas yang sama, low profile , pendiam dan Dimas yang selalu membuat duniaku terasa lebih baik . seperti dulu, jika hariku sedang buruk DImas akan membuatku lebih baik dengan kata-katanya yang menenangkan, dengan caranya menceritakan padaku tentang bagaimana memandang dunia ini. Dimas yang selalu tidak bisa kugapai, yang selalu memanjakan aku dengan caranya.

Dimas

Alie, kemana tawamu yang renyah itu? aku rindu tawamu, celotehan riangmu dan keras kepalamu yang menjengkelkan itu. bagaimana mungkin hal itu hilang dalam 8 tahun ini. seberat apa yang sudah kau lalui? 

"Dim, kamu di jogja sampai kapan?"

"Besok pagi aku pulang Alie, flight pagi... ada rapat lagi siangnya."

"Jaga kesehatanmu Dim... akan lebih baik kalau ada yang menjagamu..." Natalie meneguk kopinya, dia sudah merasa menjadi manusia paling kepo sejagad raya karena seperti ingin tahu apakah Dimas sudah punya pacar

"Hahahahaha... aku bisa menjaga diriku sendiri, tidak perlu merepotkan orang lain"

"Kamu ini selalu begitu, dari dulu selalu bilang begitu, bagaimanapun kamu itu juga butuh orang lain Dimaas... gak bisa juga semua-semua bakal kamu kerjakan sendiri... kamu perlu orang yang mengurusmu dengan baik... seperti ak.... "Natalie menghentikan kata-katanya

"Seperti aku? kamu mau bilang seperti itu kan? seperti saat kita ngobrol dulu? hahahahaha kamu gak berubah, dasar bawel."

Natalie meneguk kopinya, wajahnya sudah memerah karena malu. ya ya ya yang kami lakukan adalah mengenang masa lalu, buat Dimas itu hanya masa lalu. tapi buat natalie, itu seolah-olah menyampaikan seluruh perasaannya yang terpaksa dikubur selama 8 tahun lamanya. 


eternity 5

3 Bulan kemudian

SUSHI TEI

"Aris is bla bla bla.... kalian gak akan percaya dia itu, omaigaaaad he's really my mistake." Hana melambaikan tangannya ke udara.

"So? he's out from your life now?" Maria gak sanggup lagi menahan tawanya.

"Katanya dia yang paling 'jago' dan paling tahan." Natalie menimpali Hana, dengan cepat Hana menyambitnya dengan gulungan tisu.

"I can find another. omaigad agaaiiiiin? im 32 and single!!!"

"Miss drama queen.... lower your voice please, atau kamu mau cowok yang lagi makan diujung sana nyamper kesini lagi kayak pas kenal Aris kemarin?" Maria mencubit Hana.

"Ada yang ganteng gak sih?" Hana refleks menoleh kearah meja yang dimaksud Maria, "hey, tapi ada satu tuh berdiri.. hihihi sapa tau kesini tuuuuh... wait... dia bener-bener kesiniii!!" Hana berbisik dan kembali menatap piringnya.

"Oh shit." Natalie bergumam

"Alie"

Pria tadi menuju ke samping kursi Natalie, dengan canggung Natalie berdiri dan menyambut uluran tangan dari pria itu.

"Hai Dim... 8 tahun kamu ga berubah ya.."

Hana menjatuhkan garpunya, dan Maria meneggak air putihnya. Dimas Alfian adalah kryptonite Natalie.

------

Natalie

Hampir 8 tahunm sejak Dimas pergi. pergi tanpa pamit pada Natalie, meninggalkan kamar kos yang sudah kosong ketika Natalie datang mencarinya, Dimas yang memutuskan untuk berjuang di kota lain, meninggalkan kota ini dan Natalie yang sedang jatuh cinta padanya.

"Aku belum bilang aku cinta kamu Dim... belum bilang aku sayang kamu Dim... " bisik Natalie lirih sambil menangis tersedu-sedu di kamar kosong Dimas. 

Dimas begitu nyata hari ini, menggengam tangannya lama tanpa berkata-kata. masih seperti dulu tatapannya yang hangat mampu melumerkan semua yang ada di hati Natalie.

"Alie, besok aku tunggu di kafe yang diatas toko buku kesayanganmu ya... "

"Ya dim... whatsapp aja jamnya"

Dimas mengangguk, refleks tangannya terangkat hendak mengacak-acak rambut Natalie seperti yang selalu dilakukannya dulu. tapi gerakan itu terhenti. Dimas menurunkan tangannya dan dengan salah tingkah mengusap celananya. 

"Oke, sampe besok Alie"

 Natalie menutup mukanya dengan bantal . "DAMN YOU DIMAS ALFIAAAAAAAAAN"

------



Eternity 4

Sejak kecil, ibu mengajarinya untuk mengalah. jangan berebut dengan teman, jangan berantem, kalau marah harus diam karena siapa tahu akan menyakiti orang yang membuatmu marah. Bahkan sejak kecil Natalie diajarkan untuk memikirkan orang lain dibanding kepentingannya sendri, dibandingkan keinginannya sendiri. Natalie ingat bagaimana dia merelakan tidak mainan di ayunan, karena tidak tega merusak kebahagiaan teman-temannya yang sedang naik. Natalie juga rela rotinya diambil cowok nakal di kelasnya karena dia tidak mau bertengkar. 

Natalie tidak menangis ketika tabrakan itu merampas keluarganya, dan sekarang ketika Aldi ingin pergi ke sisi wanita itu, Natalie bahkan tidak mau sedikitpun memperjuangkan Aldi. 

"if he loves me, he will stay. but he don't..." ucapnya lirih.

wajahnya masih terburai air mata, lengkingan suara katy perry dari ponselnya membuat Natalie sadar dia masih dibutuhkan di dunia ini. Hana membutuhkannya. dengan segera dia beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. 


Starbucks 

"Hai... sorry im late!!" 

"Lama bangeeet sih Nat, uda berminyak semua ini muka gara-gara nungguin lo..." Hana seperti biasa mengeluarkan omelan. 

"Bangun tidur Nat? itu kantung mata gede aja." Maria mencium pipi Natalie

"Hehehe, biasaaaa deadline. sooo?? apa yang kita rayakan hari ni? buset aja kalian... tengah bulan paceklik ngajak ngumpul di starbucks.... so so so...." Natalie menggelengkan kepalanya.

"Aku yang punya acara." Hana mengangkat caramel frappionya

"What? ada berita apa sih?" Natalie ikut mengangkat espressonya

"Only she knows... aku pun daritadi ga dikasih tahu" Mari mengangkat cappucinnonya.

"I've got a job!!! aaaaaaaa" Hana menjerit bahagia, disusul teriakan Maria dan Natalie.


Ketiga sahabat itupun berpelukan, suara mereka yang cukup gaduh membuat beberapa pria di meja sebelah melemparkan pandangan jengkel, tapi dasar pria ... karena tahu ketiga cewek itu cantik dan sexy mereka pun nakal mengeluarkan suitan. Hana dengan reflek bagus mengedipkan mata pada salah satu dari mereka yang langsung dibalas dengan si pria itu  meminta dia dan teman-temannya bergabung di meja mereka. 

Hana always get what she wants. Pria dengan satu kedipan mata tidak akan mungkin melewatkan Hana yang punya aura sexy sekelas beyonce. Dia selalu mudah menaklukan pria, tapi tidak dengan buntelan kentut yang selalu dibanggakannya kemarin, Vendy bukan pria seperti biasa,.

Maria dan Natalie berjalan pulang berdua. Hana sudah berpisah dengan merekam ikut dengan aris ke klub malam yang paling happening di kota ini. Natalie memeluk bahu sahabatnya, dan menyandarkan kepalanya disana. 

"Nat, thanks for not telling Hana... gak tega merusak proses move on dia yang kayaknya sukses." Maria tertawa geli

"Gila, tapi kayaknya Aris tadi cocok buat dia.. tipe Hana banget .. tinggi ganteng klimis... hahahaha mirip Chuck Bass " 

"Hahahaha, iya Nat.. bener.. aku juga mikir gitu tadi, selera Hana banget. kita tunggu grup BB kita bunyi-bunyi deh malam ini untuk tau Aris is in or out!"

"Sometimes grup BB kita itu yang bikin aku merasa berenergi setiap hari, selalu kutunggu ributnya kalian disana." 

"Akupun Nat, hahahahaha benar-benar penghilang stress. by the way Nat, why you crying?" Maria menghentikan langkahnya, dipandangnya Natalie yang salah tingkah.

"Ohm kangen mama papa aja ... not big things... " Natalie mengalihkan pandangannya dari mata Maria

"Nat, don't lie to me... kita temenan udah dari SD, i know you.." Maria menghentikan langkah Natalie dengan menarik lengan temannya.

"Dia meninggalkan aku."

Maria menarik sahabatnya ke pelukannya . "Go cry! menangislah Nat! i will hug you."

Natalie merasakan kakinya lemas, Maria tidak melepaskan pelukannya, bahkan ketika Natalie berjongkok karena tidak sanggup lagi menahan air matanya Maria masih memeluk dan membelai punggungnya tanpa bicara. 







eternity 3

Natalie menghembuskan rokok di balkon terasnya sembari menikmati langit jingga keemasan, di sampingnya  duduk aldi, sudah hampir sejam mereka hanya saling bersisian tanpa suara, Aldi sesekali melirik perempuan di sampingnya mencoba mencari celah untuk memulai pembicaraan.

"Nat, i have to go. Kita, udah gak bisa lagi melanjutkan drama ini." 

"Drama... jadi yang kemarin kita jalani bertahun-tahun ini hanya drama... " Natalie nampak mulai gelisah, dengan gemetar di cabutnya lagi satu rokok dari bungkusnya.

"Cukup Nat.. sudah, sudah berbatang-batang itu ....." Aldi merampas rokok dari bibir Natalie. "Aku... no not just me Nat, tapi kamu juga tahu... semua uda kelar, apapun itu .. ini akan selesai, besok atau lusa, bulan depan atau setahun lagi, tidak akan ada bedanya Nat... ujung ini harus kita akhiri." wajah Aldi memerah menahan emosi.

"Go away, bawa semua barangmu yang masih ada di apartemen ini."

"Apartemen kita Nat... aku juga masih akan bertanggung jawab utk kelanjutan cicilannya kok, ini masih milik kita."

Natalie sontak meraih asbak dan melemparkannya ke Aldi    "INI MILIK GUE!!!! GUE GAK PERLU NGEMISSSS MINTA SAMA LO! GUE YANG DP! SEKARANG LO PERGI!!

"Perempuan sinting!!!"

Aldi berdiri dari duduknya, meninggalkan Natalie sambil mengumpat .


Natalie beringsut masuk ke kamarnya dan melempar apapun yang bisa dijamahnya ke dinding kamarnya. tangisnya pecah tanpa suara, hidup sudah sering memberinya luka dan kecewa dan kali ini lubangnya akan semakin menganga di hatinya.