Tuesday, January 13, 2015

Re-run (part 2)

KYOTO

Menyusuri Kyoto dengan segala kesederhanaanya, udara yang hampir mencapai 11 derajat celcius tidak menyurutkan langkah saya. kyomizudera adalah tujuan pertama . kuil air ini tidak jauh dari distrik gion, mencapainya hanya perlu berjaloan menanjak naik, yang tidak akan kamu rasakan lelahnya, karena di sepanjang perjalanan kita naik ke atas, akan banyak toko-toko disamping kanan kiri jalan yang menjajakan jajanan.kuil budha yang ramai dikunjungi oleh wisatawan yang bahkan orang jepang sendiri, sepanjang jalan masuk ke kuil pohon pohon sakura bermekaran. aku segera menuju ke main hall. konon tempat ini habis terbakar akibat perang dan bencana alam. sudah mengalami 10 kali pemugaran. puas memandang sekeliling kuil dari halaman main hall, aku iseng mengikuti sepasang muda-mudi jepang yang akan mencoba peruntungan percintaan mereka di kuil samping main hall disana ada sebuah batu yang mereka sebut batu cinta. berjalan dengan mata tertutup menuju batu itu engkau akan beruntung dalam percintaanmu dengan kekasihmu saat ini, tapi jika melenceng berarti kau dan kekasihmu tidak berjodoh. aku meolak mencobanya, dalam hati aku takut... takut jika hatiku goyah lagi dan berbuat lebih fatal dari sekedar kabur ke jepang seperti ini. 
aku melanjutlkan lagi berkeliling kuil, mencoba berdoa dengan menggoyangkan lonceng dan melempar koin. semua hal yang tadinya hanya aku lihat di film dorama. ketika sedang menalikan sneakers , seorang pendeta mendatangiku, dia menunjukkan sebuah jalan menuju ke bawah tanah kuil itu, ditunnjukkan sebuah poto batu giok besar yang katanya berada di bawah tanah. aku pun melepas sepatuku lagi dan mengikutinya, yang ternyata dia meninggalkan aku sendiri untuk turun ke bawah. dia bilang agar aku jangan melepaskan peganganku pada tembok yg diberi ulir-ulir penuntun. aku separuh mengumpat padanya, kupikir dia akan memberiku travel guide. dengan hati-hati aku menuruni tangga itu, semakin lama semakin gelap, hamppir sama sekali tak ada cahaya, rasanya sesak, aku menyesal masuk kesini, lantai yang dingin, ruangan ynag benar-benar gelap, pendeta tadi bilang aku akan menemukan batu giok yang berputar, dia memintaku untuk berdoa sambil menyentuhnya . sekarang aku nyaris putus asa batu itu tak kutemukan, tapi ya batu itu ada... indah berpendar berwarna hijau, serasa dapat pencerahan aku separuh berjalan cepat ke batu itu dan melakukan apa yang pendeta tadi sampaikan padaku. 

mungkin terlihat aneh seorang perempuan pergi sendirian sejauh ini, berbekal satu pack carrier dan telepon genggam. siapa yang mengira perempuan ini adalah perempuan yang kabur sejenak dari hectic pernikahannya. bukan Alexa jika tidak keras kepala, dan tunangannya tahu benar itu. aku pun tidak tahu mengapa aku seimpulsif itu membeli tiket pesawat ini . aku hanya tahu saat itu aku mau ini, aku menginginkan ini. 

(2)

No comments: