Monday, January 4, 2016

Re-run 8

Hostel yg kutinggali gak terlalu jauh dr subway, letaknya pas di tengah2 kawasan paing ramai d osaka. Antara namba dan shinsaibashi. Pagi ini osaka hujan, cukup deras yang membuatku berpikir ulang untuk keluar, jadilah aku duduk di family room hostel sambil menikmati kopi panas dan melon cake jepang yg enak. Mas bim brlum keluar kamar, aku sengaja tidak membangunkan dia, krn semalam kami pulang cukup larut gara - gara aku masih ingin menjajal jalan-jalan tikus di seputaran namba. Hehehe aku cukup sukses mengerjainya  wajahnya pucat ketika aku dan dia gak sengaja lewat area red district. Well osaka rainy blues... Seperti judul lagu dari boyband jepang yang sangat aku suka kanjani 8, seperti itulah suasana pagi ini hujan syahdu di osaka.

"Sudah bangun kamu ternyata"

Mas bim menepuk pundakku, matanya masih merah. Tanganku menggenggam cangkir berisi teh, iya aku juga baru tahu ada makhluk di dunia ini yang tidak suka kopi.

"Wkwkwkwk memangnya aku mas, ak kan masih muda.. Jadi ya ga capek kalo cuma jalan segitu."

"Wih, yang kemaren bilang kakinya copot sapa ya? Bukan mas deh perasaan, yg sampai mau minta gendong. Segede itu minta gendong,, dikira aku bawa karung."

"Mas bim!!!!"

"Aduh! Isssh kalo nyubit sakit sekali yaaa"

"Baru dicubit kan... Belum dipatahin hatinya.." aku tergelak

"Sudah aku bilang, kamu yang akan patah hati.. Maka ak bilang hati-hati. Sekarang km mau kmn?"

"Hujan, tapi aku ingin hujan-hujan. Tadi aku tanya hotel, mereka mau meminjamkan payungnya."

"Alexa "

"Ya?"

Abimanyu menarik lengan jaketku. Ak kembali duduk, kami bertatapan. "Kev bilang apa padamu?" tanyanya

"Nothing."

"Nothing with teary eyes."

I really really hate this man, lagi-lagi dia menatapku seperti itu, seperti boneka rapuh yang dipaksanya utk mengaku kalau terbuat dari kaca. Matanya membiusku.

"Dia bilang aku gak perlu pulang lagi, kalau memang tidak ingin pernikahan ini."

"Then?"

"Then ... We have to go now mas bim... " aku beranjak dari kursiku, menepis tangannya yang menggapaiku.

Abimanyu mengikuti langkahku dari belakang, dia tidak menjajari langkahku.

"Alex!"

"Aduh!" aku menjerit,

Mas bim memelukku erat, tubuhku tidak terhempas di trotoar

"Sumimasen deshita, hontoni sumimasen!"

Pengendara sepeda yang ngebut dan menyrempetku meminta maaf sambil membungkukkan badan, pertanda dia sangat menyesal.

"Daijobu oji-san, ano onna wa daijobu."

"Gomenasae!"

Setelah bersalaman, pria tadi pergi. Mas bim mengajakku masuk ke sebuah kedai ramen, memesankan ocha hangat.

"Mas ke sevel sebentar, perlu band aid, siku kamu luka."

"Mas bim, duluuu sekali... Duluuuu " aku terisak, menahan mati-matian air mataku.

"Mas bim... Kamu yg menolongku di dekat kampus kan? Kamu yang membawaku ke sardjito karena aku di tabrak lari... " aku terisak semakin keras, "aku ingat.. Aku ingat sekarang dimana aku mengenalmu abimanyu."

Aku menarik lengannya, memeluknya erat-erat. Pria ini yang kucari ketika aku siuman dari pingsan, tapi ak tak menemukannya, hanya ada Dylan yg datang karena ditelpon seseorang. Tak ada yang tahu siapa nama penolongku saat itu.

"Alex.."

Mas bim mengelus kepalaku, hangat... Aku hangat.. Sama seperti hari itu, ketika jiwaku serasa hendak lepas dari ragaku, ada hangat yg memelukku seperti meminta aku agar tetap hidup.

-bersambung 9-





No comments: