Sunday, September 20, 2015

Noteself 1

BAHAGIALAH SESUAI VERSIMU

"Aduh bahagianya uda nikah."
"Aduh bahagianya punya anak."
"Aduh bahagianya punya suami baik."


Sering denger? Sering pasti. Itulah sebagian besar penduduk indonesia kadar bahagia diukur dengan yg penting km uda nikah, yg penting di umur krusial km harus nikah km uda punya pacar dan ada yg mglamar, dan setelah nikah kamu akan dianggap bisa bahagia klo uda bisa hamil lalu punya anak.
Gitu yg turun temurun di masyarakat. Seberapa keren kerjaan km, klo km bukan pegawai atau bukan PNS bakal kalimat ini yang keluar "oh jualan."
Dengan ekspresi yg *oh... Lo bakul*

Seberapa mentereng rumah km, seberapa keren mobil kamu, ttp akan dibilang "kasihan ya blm nikah2"

Susah mmg hidup di indonesia dgn padangan yg bgini. Hihihi tp ya gitu deh...

Yes yg lagi ketawa you got my point.. Pasti km jg ga punya kerjaan keren sbg pegawai 😆 atau skrg di usia krusial kudu nikah versi masyarakat tp km blm nikah2 juga.

Back to topic, bahagia seperti versimu. Sebenernya ttp aja fokus pada apa yg jadi impianmu, apapun yg blm km dapat.. Klo itu dianggap orang km pasti ga bahagia, jgn biarkan itu jd duri dalam perjalanan hidupmu. Terus bersyukur utk setiap nafas yg km punya, utk setiap aktivitas yg km miliki. Bahagia itu dari hatimu... Bahagia itu.. Km yg ciptakan . Bahagia itu milikmu, bukan milik omongan orang. Go get your own happiness

Selamat menjelang hari senin, ttp semangat

Love,

Aline 😘

Monday, July 6, 2015

coincidence

hai, sebenernya uda mo brenti nglanjutin eternity disini.. lagi proses uda jadi draft novel 150 halaman. nulisnya dari 2012 sampe hari ini baru dapat endingnya... iyaaaa lamaaaa bgt, krn.. semuanya ditulis dari hati. 3 karakter itu sangat real, dan bbrp fragmennya saya comot dari kejadian sehari-hari sahabat-sahabat saya.

clue buat endingnya? semua bahagia... kita bukan princess disney.. kita, kami, kamu... punya standar bahagia sendiri-sendiri. penasaran bagaimana kami menemukannya? tunggu yaaah ^^

sampai ketemu di pecahan-pecahan karya saya yang lain ya..


ciao

Eternity 7

NATALIE

Masih sama, Dimas masih seperti yang dulu. sopan, pintar dan bersahaja, auranya sebagai seorang pemimpin dari ribuan karyawan memang sangat karismatik. tapi... rasa itu tak lagi sama, hangat yang biasa dialirkannya ke aku tidak lagi sama. mungkinkah pada akhirnya aku dan dia bertumbuh dengan sendirinya menjadi pribadi yang lain... kami mungkin memang tidak diciptakan untuk selalu support . karena dengan berdiri sendiri-sendiripun kami mampu. dimas meraih cita-citanya dgn dirinya sendiri , tanpa aku, tanpa siapapun... dukungan keluarganya sudah lebih dari cukup. keinginannya untuk membahagiakan orangtuanya sudah cukup kuat untuk membawanya ke puncak karir.
penyampaian peraaanku pada Dimas akhirnya berhenti disini. 8 tahun ini selalu kubandingkan dengan siapapun yang menggantikannya di hidupku. tapi, setelah diberi kesempatan bertemu Dimas lagi aku ternyata sadar dulu sekarang  tidak pernah berbeda. he's just not into me



Wednesday, March 4, 2015

Insert fragmen

Sebanyak apa manusia bisa bertahan dari semua yang harus dilewatinya demi impian? Brapa banyak kehilangan yang harus dilalui, berapa banyak kata ikhlas harus sering diucap agar sampai ke pencipta?

Teruslah berusaha jadi yang terbaik. Jangan malas. Jangan pernah mundur. Sebentar lagi pasti sampai :)


Love ,

Aline Natasha

Monday, March 2, 2015

eternity 6

Natalie mengaduk-aduk lemarinya , kedua sahabatnya memandang dengan bengong. 

"whats your job?" Hana melempar rok mini kearah Natalie
"i cant wearing that!" Natalie melempar balik rok itu ke Hana
"Hey! you are the fabolous fashion blogger, not us. Dan kamu gak bisa nentuin apa baju kencanmu? pathetic"
"shut up hana! ini dimas, aku ga bisa pake sembarangan kalau ketemu dimas."
"why? just be yourself... " Maria menimpali sambil membawakan Natalie black dress mini favoritnya.
"No, gak yang itu... yang lebih sophisticated." Natalie menolak gaun dari Maria
"This one!"

sebuah atasan ruffle berwarna putih dipadu rok pink bunga-bunga selutut. Natalie tampak manis, dengan rambut yang sudah tidak di cat merah, warna coklat dengan potongan bob sebahu dan hiasan anak poni membuatnya tampak imut.

"Well, Natalie ... you look ... cute."
"Thank you Han, thats very cynical."
"Cantik kok Nat... manis, go go go meet your prince."

Natalie berhenti menyisir rambutnya, dan memandangi kedua sahabatnya dari pantulan kaca. 

"Im not sure... apa aku harus benar-benar menemuinya sekarang? kalian tahu... mungkin kalian juga sudah bosan mendengarku selalu menceritakan tentangnya. aku bahkan gak tahu mau bicara apa, ngobrol apa... " ujar Natalie sambil mengenakan pearl necklace di lehernya yang jenjang.

"Kamu yang cumlaude disini, bukan aku ataupun maria. kamu yang punya otak paling pintar. kalau aku? aku pake baju paling sexy dan langsung cium saja kalau aku mau... gak perlu rempong mikir mo ngoomong apa" Hana memoles ulang lipsticknya. 

"Go get him Nat, kalau gak ditemuin kamu gak bakal tahu." Maria menyodorkan heels berwarna putih. 
" I love you." 
---

Dimas sudah datang terlebih dahulu, duduk sambil membaca sebuah buku di sofa yang dekat dengan jendela, Natalie berjalan mendekat dengan perlahan . 

"Hai!" 

"Hai Al..." 

"maaf aku terlambat... aku tadi,,,"

"That's okay Al.. mau minum apa?"

"Good life? kamu baik-baik saja? maaf ya aku gak datang ketika ..."

"That's okay... hmm cant we skip it? aku gak mau bicarain itu... hahahaha aku hanya gak suka mengingat hari itu.. thats awful." Natalie memainkan sedotan di frappucinno-nya

"Aku ga nyangka tempat ini masih ada, dulu kita sering kesini."

"Iya masih awet sih, hahaha gak banyak yang berubah kok dari kota ini. kamu? gimana? belum menikah? " Natalie bertanya sambil salah tingkah

"Belum, kamu?"

"Not yet, hahahaha, aku... masih menunggu pria yang tepat."

"semoga segera kau temukan ya... "

Natalie

dimas masih dimas yang sama, low profile , pendiam dan Dimas yang selalu membuat duniaku terasa lebih baik . seperti dulu, jika hariku sedang buruk DImas akan membuatku lebih baik dengan kata-katanya yang menenangkan, dengan caranya menceritakan padaku tentang bagaimana memandang dunia ini. Dimas yang selalu tidak bisa kugapai, yang selalu memanjakan aku dengan caranya.

Dimas

Alie, kemana tawamu yang renyah itu? aku rindu tawamu, celotehan riangmu dan keras kepalamu yang menjengkelkan itu. bagaimana mungkin hal itu hilang dalam 8 tahun ini. seberat apa yang sudah kau lalui? 

"Dim, kamu di jogja sampai kapan?"

"Besok pagi aku pulang Alie, flight pagi... ada rapat lagi siangnya."

"Jaga kesehatanmu Dim... akan lebih baik kalau ada yang menjagamu..." Natalie meneguk kopinya, dia sudah merasa menjadi manusia paling kepo sejagad raya karena seperti ingin tahu apakah Dimas sudah punya pacar

"Hahahahaha... aku bisa menjaga diriku sendiri, tidak perlu merepotkan orang lain"

"Kamu ini selalu begitu, dari dulu selalu bilang begitu, bagaimanapun kamu itu juga butuh orang lain Dimaas... gak bisa juga semua-semua bakal kamu kerjakan sendiri... kamu perlu orang yang mengurusmu dengan baik... seperti ak.... "Natalie menghentikan kata-katanya

"Seperti aku? kamu mau bilang seperti itu kan? seperti saat kita ngobrol dulu? hahahahaha kamu gak berubah, dasar bawel."

Natalie meneguk kopinya, wajahnya sudah memerah karena malu. ya ya ya yang kami lakukan adalah mengenang masa lalu, buat Dimas itu hanya masa lalu. tapi buat natalie, itu seolah-olah menyampaikan seluruh perasaannya yang terpaksa dikubur selama 8 tahun lamanya. 


eternity 5

3 Bulan kemudian

SUSHI TEI

"Aris is bla bla bla.... kalian gak akan percaya dia itu, omaigaaaad he's really my mistake." Hana melambaikan tangannya ke udara.

"So? he's out from your life now?" Maria gak sanggup lagi menahan tawanya.

"Katanya dia yang paling 'jago' dan paling tahan." Natalie menimpali Hana, dengan cepat Hana menyambitnya dengan gulungan tisu.

"I can find another. omaigad agaaiiiiin? im 32 and single!!!"

"Miss drama queen.... lower your voice please, atau kamu mau cowok yang lagi makan diujung sana nyamper kesini lagi kayak pas kenal Aris kemarin?" Maria mencubit Hana.

"Ada yang ganteng gak sih?" Hana refleks menoleh kearah meja yang dimaksud Maria, "hey, tapi ada satu tuh berdiri.. hihihi sapa tau kesini tuuuuh... wait... dia bener-bener kesiniii!!" Hana berbisik dan kembali menatap piringnya.

"Oh shit." Natalie bergumam

"Alie"

Pria tadi menuju ke samping kursi Natalie, dengan canggung Natalie berdiri dan menyambut uluran tangan dari pria itu.

"Hai Dim... 8 tahun kamu ga berubah ya.."

Hana menjatuhkan garpunya, dan Maria meneggak air putihnya. Dimas Alfian adalah kryptonite Natalie.

------

Natalie

Hampir 8 tahunm sejak Dimas pergi. pergi tanpa pamit pada Natalie, meninggalkan kamar kos yang sudah kosong ketika Natalie datang mencarinya, Dimas yang memutuskan untuk berjuang di kota lain, meninggalkan kota ini dan Natalie yang sedang jatuh cinta padanya.

"Aku belum bilang aku cinta kamu Dim... belum bilang aku sayang kamu Dim... " bisik Natalie lirih sambil menangis tersedu-sedu di kamar kosong Dimas. 

Dimas begitu nyata hari ini, menggengam tangannya lama tanpa berkata-kata. masih seperti dulu tatapannya yang hangat mampu melumerkan semua yang ada di hati Natalie.

"Alie, besok aku tunggu di kafe yang diatas toko buku kesayanganmu ya... "

"Ya dim... whatsapp aja jamnya"

Dimas mengangguk, refleks tangannya terangkat hendak mengacak-acak rambut Natalie seperti yang selalu dilakukannya dulu. tapi gerakan itu terhenti. Dimas menurunkan tangannya dan dengan salah tingkah mengusap celananya. 

"Oke, sampe besok Alie"

 Natalie menutup mukanya dengan bantal . "DAMN YOU DIMAS ALFIAAAAAAAAAN"

------



Eternity 4

Sejak kecil, ibu mengajarinya untuk mengalah. jangan berebut dengan teman, jangan berantem, kalau marah harus diam karena siapa tahu akan menyakiti orang yang membuatmu marah. Bahkan sejak kecil Natalie diajarkan untuk memikirkan orang lain dibanding kepentingannya sendri, dibandingkan keinginannya sendiri. Natalie ingat bagaimana dia merelakan tidak mainan di ayunan, karena tidak tega merusak kebahagiaan teman-temannya yang sedang naik. Natalie juga rela rotinya diambil cowok nakal di kelasnya karena dia tidak mau bertengkar. 

Natalie tidak menangis ketika tabrakan itu merampas keluarganya, dan sekarang ketika Aldi ingin pergi ke sisi wanita itu, Natalie bahkan tidak mau sedikitpun memperjuangkan Aldi. 

"if he loves me, he will stay. but he don't..." ucapnya lirih.

wajahnya masih terburai air mata, lengkingan suara katy perry dari ponselnya membuat Natalie sadar dia masih dibutuhkan di dunia ini. Hana membutuhkannya. dengan segera dia beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. 


Starbucks 

"Hai... sorry im late!!" 

"Lama bangeeet sih Nat, uda berminyak semua ini muka gara-gara nungguin lo..." Hana seperti biasa mengeluarkan omelan. 

"Bangun tidur Nat? itu kantung mata gede aja." Maria mencium pipi Natalie

"Hehehe, biasaaaa deadline. sooo?? apa yang kita rayakan hari ni? buset aja kalian... tengah bulan paceklik ngajak ngumpul di starbucks.... so so so...." Natalie menggelengkan kepalanya.

"Aku yang punya acara." Hana mengangkat caramel frappionya

"What? ada berita apa sih?" Natalie ikut mengangkat espressonya

"Only she knows... aku pun daritadi ga dikasih tahu" Mari mengangkat cappucinnonya.

"I've got a job!!! aaaaaaaa" Hana menjerit bahagia, disusul teriakan Maria dan Natalie.


Ketiga sahabat itupun berpelukan, suara mereka yang cukup gaduh membuat beberapa pria di meja sebelah melemparkan pandangan jengkel, tapi dasar pria ... karena tahu ketiga cewek itu cantik dan sexy mereka pun nakal mengeluarkan suitan. Hana dengan reflek bagus mengedipkan mata pada salah satu dari mereka yang langsung dibalas dengan si pria itu  meminta dia dan teman-temannya bergabung di meja mereka. 

Hana always get what she wants. Pria dengan satu kedipan mata tidak akan mungkin melewatkan Hana yang punya aura sexy sekelas beyonce. Dia selalu mudah menaklukan pria, tapi tidak dengan buntelan kentut yang selalu dibanggakannya kemarin, Vendy bukan pria seperti biasa,.

Maria dan Natalie berjalan pulang berdua. Hana sudah berpisah dengan merekam ikut dengan aris ke klub malam yang paling happening di kota ini. Natalie memeluk bahu sahabatnya, dan menyandarkan kepalanya disana. 

"Nat, thanks for not telling Hana... gak tega merusak proses move on dia yang kayaknya sukses." Maria tertawa geli

"Gila, tapi kayaknya Aris tadi cocok buat dia.. tipe Hana banget .. tinggi ganteng klimis... hahahaha mirip Chuck Bass " 

"Hahahaha, iya Nat.. bener.. aku juga mikir gitu tadi, selera Hana banget. kita tunggu grup BB kita bunyi-bunyi deh malam ini untuk tau Aris is in or out!"

"Sometimes grup BB kita itu yang bikin aku merasa berenergi setiap hari, selalu kutunggu ributnya kalian disana." 

"Akupun Nat, hahahahaha benar-benar penghilang stress. by the way Nat, why you crying?" Maria menghentikan langkahnya, dipandangnya Natalie yang salah tingkah.

"Ohm kangen mama papa aja ... not big things... " Natalie mengalihkan pandangannya dari mata Maria

"Nat, don't lie to me... kita temenan udah dari SD, i know you.." Maria menghentikan langkah Natalie dengan menarik lengan temannya.

"Dia meninggalkan aku."

Maria menarik sahabatnya ke pelukannya . "Go cry! menangislah Nat! i will hug you."

Natalie merasakan kakinya lemas, Maria tidak melepaskan pelukannya, bahkan ketika Natalie berjongkok karena tidak sanggup lagi menahan air matanya Maria masih memeluk dan membelai punggungnya tanpa bicara. 







eternity 3

Natalie menghembuskan rokok di balkon terasnya sembari menikmati langit jingga keemasan, di sampingnya  duduk aldi, sudah hampir sejam mereka hanya saling bersisian tanpa suara, Aldi sesekali melirik perempuan di sampingnya mencoba mencari celah untuk memulai pembicaraan.

"Nat, i have to go. Kita, udah gak bisa lagi melanjutkan drama ini." 

"Drama... jadi yang kemarin kita jalani bertahun-tahun ini hanya drama... " Natalie nampak mulai gelisah, dengan gemetar di cabutnya lagi satu rokok dari bungkusnya.

"Cukup Nat.. sudah, sudah berbatang-batang itu ....." Aldi merampas rokok dari bibir Natalie. "Aku... no not just me Nat, tapi kamu juga tahu... semua uda kelar, apapun itu .. ini akan selesai, besok atau lusa, bulan depan atau setahun lagi, tidak akan ada bedanya Nat... ujung ini harus kita akhiri." wajah Aldi memerah menahan emosi.

"Go away, bawa semua barangmu yang masih ada di apartemen ini."

"Apartemen kita Nat... aku juga masih akan bertanggung jawab utk kelanjutan cicilannya kok, ini masih milik kita."

Natalie sontak meraih asbak dan melemparkannya ke Aldi    "INI MILIK GUE!!!! GUE GAK PERLU NGEMISSSS MINTA SAMA LO! GUE YANG DP! SEKARANG LO PERGI!!

"Perempuan sinting!!!"

Aldi berdiri dari duduknya, meninggalkan Natalie sambil mengumpat .


Natalie beringsut masuk ke kamarnya dan melempar apapun yang bisa dijamahnya ke dinding kamarnya. tangisnya pecah tanpa suara, hidup sudah sering memberinya luka dan kecewa dan kali ini lubangnya akan semakin menganga di hatinya. 
 

Tuesday, February 3, 2015

re-run 6


Jarang sekali di jepang aku menemukan orang yang menggerutu dan cemberut. mereka semua sangat ramah, dengan sabar menerangkan ingredients di setiap masakan yang ingin kumakan, memastikan masakan yang aku mkan halal. kadang rasnya kyoto ini jepang  beraroma jogja. setiap sudutnya memberi rasa yang gak bakal aku lupakan. aku pasti akan sangat rindu tempat ini. sama sih seperti perasaanku padanya, gak akan pernah lupa bagaimana dylan membuatku gila, dan sekaligus memberikan pelajaran paling berharga dalam hidupku.


"menurutmu kenapa kita bisa bareng?" dylan menyentil jidatku ketika kami sedang duduk berhadapan dengan cup starbucks yang masih penuh.

"takdir tuhan." jawabku ketus

"takdir tuhan... hmmm, tuhan jahat sekali menakdirkan kita punya rasa tapi kita gak bisa jatuh cinta"

"jatuh cinta itu milik anak-anak" 

"cintaku juga sudah entah ada dimana? aku lupa. tapi aku tau aku punya rasa sama kamu "

"jadi? kita? apa? " aku mengacak poni dylan dengan gemas. 

"kamu sama aku, kita rasanya pacaran."

"rasanya?"

"yes.. its feel like i love you alexa" 

 dan  malam itu pertama kalinya dylan menciumku, ditengah-tengah ramenya starbucks, seperti 2 anak muda yang baru pertama kali pacaran. 





Eternity Chapter 2

Lengkingan suara Katy Perry membangunkan Natalie dari tidurnya, ringtone yang dia pasang untuk panggilan dari Maria dan Hana itu sedari tadi terus memekakkan telinganya. Natalie meraba meja disamping tempat tidurnya, meraih blackberrynya. 10 panggilan dari Hana, dan sebuah message. 
“SOS, aku rasanya mau mati…” 
“Shit!” umpat Natalie, yang bergegas berlari ke kamar mandi.
Tidak butuh lama bagi Natalie untuk sampai di depan kos Hana, bahkan Natalie sempat membeli fried chicken kesukaan Hana dalam perjalanan, taksi yang dinaikinya tadi mengebut gila-gilaan dijalanan. 
“HANA!! Buka pintu!” Natalie menggedor pintu kamar Hana.
Suara anak kunci diputar, cukup melegakan Natalie. Paling tidak temannya masih hidup dan belum mati. 
“Apa-apaan kamu bbm begitu? Gila! Mau copot jantungku dalam perjalanan kesini.” Natalie menepuk pipi Hana yang terkulai di ranjangnya.
“I’m sick Nat… I can’t face it…” Hana pun terisak lagi. Entah sudah berapa lama dia menangis, kami bertiga terakhir bertemu empat hari yang lalu. Melihat betapa kuyunya dia dan tatanan rambut nan acak kadut itu, sudah jelas menyiratkan Hana tidak ada kehidupan. Perempuan ini tidak bisa tidak tampil cantik, Hana always perfect. 
“Come on Han…” Natalie bergerak memeluk sahabatnya.
“I give everything Nat… everything.. everything that I have…” Hana mengulang-ulang terus kalimatnya. 
“Good girl, kamu akan baik-baik saja Han… believe me.” 
“I can’t live in here anymore Nat.. I can’t.. so many memories, bahkan bau parfumnya pun belum hilang dari bantalku Nat… masih ada jaketnya di balik pintu itu.. belum sempat aku cuci, dia bilang akan kembali Nat… dia bilang padaku akan kembaaliii!!!!” tangisan histeris Hana, membuat Natalie semakin erat memeluknya.
“Oke, bikinlah surat resignmu, nanti kusampaikan ke kantormu. “
Sejam kemudian, Hana mulai tenang. Natalie menatap wajah sahabatnya itu, Hana sudah mandi dan sedang makan fried chicken yang dibawanya. Hana nampak rakus memakannya, entah sudah berapa lama dia tidak makan, cinta berlebihannya pada paijo bun-bun itu membuatnya tampak bodoh bagi Natalie. Natalie adalah perempuan tanpa menye-menye, meskipun love life-nya juga sucks, Natalie sadar terkadang dia sendiri yang memilih kecemplung disana. 
Ponsel Natalie kembali berdering, dari ringtonenya, Hana mengenali siapa yang mencari Natalie.
“Aldi?”
“Uhm. Janjian mau ke proyek. Pergi dulu ya Han.. take care, nanti suratmu aku serahkan ke kantormu.”
“Thanks Nat…”
"Yeah, sekarang matilah kalau mau mati... Sudah mandi kan? Paling gak, kamu ditemukan dalam keadaan cantik seperti biasanya orang bertemu denganmu. Love you Han.. "
Hana tertawa, sudah cukup biasa dengan nada bicara Natalie yang cynical. Tapi Hana tahu, separah apapun pertengkarannya dengan Natalie, they have each other. 
----
Maria melamun di meja kerjanya, game facebook yang sedari tadi dimainkannya untuk mengalihkan perhatian, sudah tidak sanggup lagi mengalahkan gelisahnya. Diam – diam diminumnya bir, yang sudah dipindahnya ke gelas biasa. Memang dia akan digorok bosnya jika ketahuan bekerja sambil minum. Tapi, salahkan si boss bule itu yang menyimpan se krat bir di pantry sebagai suguhan jika ada relasinya datang. Maria hanya mencuri satu botol dan sudah separuh diminumnya sore ini. Maria bukan seperti Hana yang bisa mengumbar semua masalahnya di hadapan sahabat-sahabatnya. Maria jarang curhat, semua masalahnya ia telan sendiri. Bukan karena tidak mempercayai Hana ataupun Natalie yang sebenarnya sudah bersahabat dengannya sejak sekolah dasar, tetapi Maria berprinsip mengumbar kisahnya sama dengan mengumbar aibnya sendiri. 
Tepat pukul lima, maria beringsut berdiri dari mejanya, saatnya pulang kantor dan bertemu dengan sahabat-sahabatnya itu, ada rasa ingin meneriakkan semuanya pada mereka, tentang dia dan Rio. 
“Nat!” Maria menghampiri Natalie yang ternyata sudah menjemputnya di depan kantor.
“Yoo… “ Natalie mengayunkan langkahnya mendekati Maria.
“Darimana?” Maria menjajari Natalie, dan berjalan menuju coffee shop yang tidak jauh dari pusat perkantoran mereka.
“Meeting dengan klien, ada aldi juga tadi. Trus dia buru-buru balik ada latihan bulutangkis.” ujar Natalie.
"Nat, im broke up." 
"What?!! Apa lagi ini oh Tuhaaaan... Tapi.."
"Cukup Nat, dont ask! Dont ask... Jangan sebut namanya, jangan tanya kenapa dan mengapa. Aku hanya ingin pergi dari kota ini segera."
Natalie terhenyak, dua sahabatnya hanya dalam waktu seminggu semua patah hati. Dan memutuskan ingin pergi semua dari kota ini. Kota tempat mereka menghabiskan 10 tahun ini untuk mencari ilmu dan mencari nafkah disini. Semua menemukan cintanya disini, dan semua patah hati di kota ini. Natalie meredakan emosinya, sejenak dia teringat bahwa ada yang akan menantinya di bulan mei, sebuah perpisahan juga... Tadinya Natalie berpikir, akan ada kedua sahabatnya ini untuk melewatkan hari menakutkan itu.. Tapi sekarang? Melihat kedua wajah sahabatnya ini. Natalie yakin mereka tidak main-main dengan keputusannya. 
"Please dont tell Hana Nat... Let me tell her, but not now.."
Maria menatap Natalie, lalu berjalan mendahului natalie masuk ke coffee shop. Tiba-tiba Natalie merasa kesepian. Lebih sepi dari sebelumnya.
Bersambung .....

Eternity

Chapter 1

Every body has a movie in their life. Gila? Yeah inilah dunia. Gila itu bagian dari dunia ini, mau bertahan dengan segala hal yang diluar planningmu? Kamu harus bersiap untuk gila agar bisa melewatinya.
Seperti mereka, ketiga gadis di penghujung usia 20an yang sedang duduk berhadapan di sebuah coffee shop. Maria, bertubuh paling mungil dengan rambut yang bergelombang tergerai sexy melewati pinggang, meskipun paling berwajah imut, tetapi dari segi usia Maria adalah yang paling tua diantara mereka. Hana duduk disampingnya, si sensual itu berkali-kali mengecek make-upnya, memastikan tanpa cacat, extension hair model terbaru tergerai sempurna sampai bahu. Terakhir adalah Natalie yang tampak sibuk mengetik diatas ipadnya, dengan potongan rambut sebahu ala japan-style yang dengan percaya diri diwarnai merah, Look smart dan tegas.
“Nat! taruh itu benda.. atau kulempar nanti!” Hana membentak Natalie yang memang tidak bisa berhenti menyentuh ipadnya.
“Sebentar, masih bikin report. Penjualan bulan ini lumayan naik drastis, ini karena aku bertengkar dengan Aldi hampir di setiap minggu.” Ujar Natalie datar.
“Kalian gila, grafik bertengkar dan omzet penjualan kok dikaitkan. Kalian pasangan gak waras.” Omel Hana lagi, sambil meminum cappucinnonya.
“Memang selalu begitu ya Nat? bertengkar hebat? Lalu penjualan kalian meningkat?” Maria menyela kedua sahabatnya sebelum Natalie akan berbalik membalas Hana.
“Yah, begitulah it’s always happened. Kami kan pasangan gak waras!” dengan kesal Natalie memasukkan Ipadnya ke tas, tak lupa mengambil Marlboro menthol light yang selalu ada di tas hermesnya, segera dinyalakannya dan dihamburkan ke udara, setiap hembusan itu adalah masalah yang ingin Nat keluarkan dari dalam sesak dadanya.
“Aku gak meragukan kalian as a couple Nat.. tapi.. oh come on, dia harus menikahi perempuan lain Nat! leave him! Perjanjiannya untuk kembali padamu setelah bercerai itu bullshit!! “ sekali lagi Hana menceploskan kalimat yang membuat dada Natalie mencelos. Dan si pembuat onar itu tampak tak bersalah dan sedang asik memainkan blackberrynya
“Mar, ada kabar apa dari Rio?” Natalie mengalihkan perhatiannya pada Maria, yang gak lepas dai ponselnya sedari tadi. LDR yang dijalaninya dengan Rio hampir setahun ini cukup berat baginya.
“Dia, sedikit aneh. Aku bertengkar. Tapi.. ah sudahlah malas bicara tentang dia, bicara yang lain saja.” Maria meletakkan ponselnya, lalu memangku dagunya. Pandangannya nanar ke luar jendela.
“Paijoooooo!!!!” tiba-tiba Hana berteriak.
“Kenapa kamu ?” Maria yang kaget spontan memukul punggung Hana.
“How dare!! How dare he…. “ mata hana berkaca-kaca, sekejap tangisnya pecah. Natalie merampas blackberry Hana dan membaca pesan disana. Sebaris kalimat menakutkan dari love of my lifenya.
Bunbun
Mu, kita temenan aja ya… aku menyukai orang lain.

“Hana… “ Natalie meletakkan Blackberry Hana diatas meja, dengan gugup diambilnya lagi sebatang rokok dari tasnya. Sementara Hana menangis di pelukan Maria.
“He slept with me last week!!! How dare!!” Teriakan histeris dan tangisan Hana mengakhiri pertemuan mereka sore itu.
------------------------
Hana
Buat aku, Bun bun adalah segalanya. Impianku sederhana. Memiliki keluarga kecil bersamanya. Memasakkan makanannya, mengasuh anak-anak kami, menyambutnya sepulang kantor, melayaninya sebagai istri yang baik. Istri. Hanya itu cita-citaku being a wife. a housewife. Kisah desperate housewife itu terlalu lebay bagiku. Mana mungkin kamu akan desperate, jika memiliki keluarga kecil dan bahagia bersama orang yang kau cintai? Menghabiskan waktu bersama mereka, melihat mereka tumbuh dan kamu akan menua bersama kekasihmu. Simple, hanya sesimpel itu hidup yang kuangankan. Tiga tahun bersama, menghadapi kedua orangtuanya yang tidak pernah merestui hubungan kami, perbedaan keyakinan yang kami anut, wajah ibunya yang tidak pernah bersahabat, menusukku dari belakang dan mengadu kami berdua. Aku mengalah, setelah bicara dengan ibuku, ak pun berniat mengikuti keyakinannya, buatku Tuhan itu satu, dengan cara apapun kami berdoa itu tidak masalah. Tuhan itu baik, dia akan mendengar semua doa hambanya tanpa peduli dia berasal dari agama apa. Dan setelah semua itu? Buntelan kentut sialan itu mencampakkanku begitu saja, digantikannya aku dengan barbie yang lain. Buntelan kentut itu membawa semua impianku, setelah dia diterima sebagai pegawai pemerintah di sebuah departemen. Dia mencampakanku yang mendoakannya, memberinya dukungan, dan yang setia mengantar jemputnya disaat ujian masuk. Dadaku sesaaaak, sesak penuh amarah, egoku tersakiti.
MARIA
Salah kalau hanya Hana yang paling menderita di coffeeshop tadi. Sebelum kami bertiga bertemu, seharian ini aku stalking facebook Rio, dan menemukan foto profilenya bersama wanita itu. What the hell is going on!!! Aku mengambil banyaaaaaaaaaak resiko ketika memutuskan pacaran dengan pria yang 6 tahun lebih muda dariku ini. Dengan kesungguhannya saat itu, Rio membuatku mengalahkan logika. Setahun yang lalu, dia harus pulang ke Medan. Dengan berat hati kujalani Long Distance relationship ini. Menepis semua pikiran-pikiran buruk yang hinggap dikepalaku kalau ini semua gak akan berhasil. DAMN IT! 5 tahun kujalani ini, dengan usiaku yang sudah lebih 30 ini, dan aku harus patah hati? Tidak! Aku akan bertahan!! Dia gak akan sanggup tanpaku, dia pada akhirnya akan memilihku, dia hanya sedang nakal… nakal diusianya, kenakalan yang wajar. Aku harus sabar… aku akan sabar.
NATALIE
Bagaimana kamu membaca pertanda? Ketika yang disuguhkan padamu adalah banyak kemudahan dan keindahan, tidakkah kamu akan berpikir kalau itu semua adalah sebuah SIGN, tanda… tanda untuk sesuatu yang akan terjadi? Banyak kemudahan dan keindahan berarti pertanda untuk kebahagiaan, sedangkan banyak kesialan adalah pertanda untuk kesedihan. Tapi jangan salah membaca, jika salah… hal sepertiku yang akan didapat.
Aku mengira, segala kemudahan yang kuterima dari Tuhan ketika Aldi datang di kehidupanku adalah sebuah anugerah yang luar biasa. Dekat dia aku nyaman, dekat dia aku merasa dihargai, dekat dia aku merasa disayangi.
Tepat sebelum kalian tahu jika ternyata bisa mengerikan. Menurutmu? Mengerikan tidak, jika malaikatmu… laki-laki yang kamu pikir terbaiiiik didunia, Karena mau membersihkan muntahanmu ketika kamu mabuk, mau menungguimu ketika kamu sakit, menemanimu sepanjang malam menangis, cowok se sweeeet itu, tidak bisa kamu miliki karena keadaan. Jika tidak ada bisnis yang sedang kami bangun bersama ini, mungkin kami sudah tak bersama. Setiap kami bertengkar,omzet penjualan kami meningkat. Kami menyebutnya “pertanda”
Kami complicated, sama-sama tidak pernah menyampaikan dan mengakui saling tertarik, saling ingin menggenggam tapi kami memutuskan untuk tidak peka. Aku dan Aldi saling menjahati, bergantian melontarkan kata-kata sinis, yang selalu berakhir dengan bertatapan plus mata berair. Kami tidak bisa bersama, karenanya kami menepis jauh keinginan untuk bisa bersama. Terlalu panjang jalan yang harus kami lalui, dan semuanya gak mudah untuk dilewati. Kami hanya bisa menghitung waktu, berapa lama kami bisa saling bersisian. Bertengkar sudah menjadi rutinitas, tapi itu gak menghentikan kami untuk tidak saling bertemu. If I’m not wrong we really in love each other…
Bersambung…

intermezzo

yeaaah finally ditengah-tengah proyek tulisan re-run aku malah ada proyek lain bareng nulisbuku. so far hidupku sekarang lebih "hidup" ketimbang sebelumnya. hmm cobaan bertubi-tubi yang kayak ga pernah selo buatku selama 3 tahun ini, uda mulai bisa kuterima. well akupun hanya manusia biasa... hahaha, seneng juga ada bbrp teman yang gak komen disini, tapi  langsung kirim ke wat5spa, line dan bbm komentarmya. ttg tokoh alexa yang super duper nyebelin, bahkan mereka  mengira ini myt true story. hehehehe

dibilang true story sih gak juga, tapi.... aku memang memasukkan segala perasaan yang pernah kurasakan dalam setiap tulisanku. well agar tokoh ini lebih bernyawa.

sekian dulu deh intermezzonya, lanjutan re-run bakal ada di 2 mggu lagi. akan diseling-seling dengan bbrp cerita pendek yang akan kumasukkan di buku kompilasi. selamat membaca.. semoga tulisan-tulisan saya dapat memberikan banyak rasa untuk kalian semua

love,

Aline_natasha

Thursday, January 15, 2015

Re-Run (part5)


Arashiyama adalah tempat yang sangat menyenangkan untuk menghabiskan waktumu dengan melamun, duduk saja di pinggiran sungai yang dinaungi pohon sakura dan maple, sekarang sih aku duduk dengan pohon sakura bermekaran, udara cukup lembab, angin dingin bberhembus membelai-belai pipiku. kakiku dikerumuni burung-burung merpati yang kuberi makan remah roti. mereka tidak takut manusia, mungkin kalau di indonesia mereka sih udah gak mungkin berkeliaran bebas seperti ini, pemburu- pemburu iseng yang bodoh itu pasti sudah menembaki mereka cuma buat di foto dan diposting di sosial media. hmm.. entahlah sepertinya memang sosmed di negara saya tercinta digunakan untuk sesuatu yang tidak sesuai porsinya. well anyway, sambil memakan bakpao panas aku kembali melamun, why im here? why im here..... ribuan mill jauhnya dari negara tercinta, tanpa seorang pun yang kukenal, why im here , dan mengapa rasanya tempat ini serasa rumah bagiku padahal aku baru pertama kali kesini, dan bukti kalau pencernaanku lancar selama aku tinggal disini , tidak mengalami konstipasi berarti aku cocok! wkwkwkwk bahkan 2 hari tinggal di rumah tanteku saja aku gak selancar ini bisa pup. ooops , sorry... tapiiii iya benar yang dikatakan orang-orang kalau jepaaang adalah tempat yang nyaman untuk travelling walaupun sendirian. 

ricksaw becak yang ditarik oleh manusia banyak wira wiri di depanku, ingin sih mencoba naik tapi ketika aku tahu harganya hampir 800rb rupiah sekali naik untuk keliling arashiyama aku pun mengurungkan niat, wkwkwkwk itu terlalu mahal untukku, seorang backpacker nekat yang uangnya pun mepet, well mungkin dengan berfoto bersama mereka sudah cukup. mereka pria-pria penarik ricksaw ini kebanyakan berperawakan tinggi besar dan wajahnya ganteng. tiba-tiba saja sebuah ricksaw berhenti dihadapanku ketika aku sedang melihat ulang foto yang kuambil di iphonku. sesosok anggun turun dari ricksaw itu, im so lucky!!! seorang maiko atau geisha muda yang turun dari ricksaw itu,

"chotto matte kudasaaai" aku sontak berteriak, maiko itu berhenti berjalan dan menoleh kearahku "ano, shashin issho ni? daijobuka?" aku mengucapkan keinginanku untuk berfoto bersamanya dengan bahasa jepang minimalis yang aku bisa, maiko itu menganggukan kepalanya. huwaaaaaa bahagia sekali rasanya, sontak ponselku aku serahkan pada si penarik ricksaw yang tadi mengantarnya. 

well percayalah sekali lagi bahwa keberuntungan itu gak akan datang tanpa perjuangan, meskipuuun perjuanganku sedari tadi hanya duduk-duduk saja di pinggiran sungai. sambil melumat es cream green tea, aku pun melangkah menuju hutan bambu. tapi rupanya aku terlalu lama melamun tadi, hanya sempat 10 menit saja melihat hutan bambu, aku pun segera berjalan cepat untuk mengejar kereta kembali ke kyoto. 


(5)

Tell Me If You Wanna Go Home


insert song Re-run



Maybe
You don't have to smile so sad
Laugh when you're feeling bad
I promise I won't

Chase you
You don't have to dance so blue
You don't have to say I do
When baby you don't

Just tell me
The one thing you never told me
Then let go of me
Hell just throw me

Maybe if you wanna go home
Tell me if I'm back on my own
Giving back a heart that's on loan
Just tell me if you wanna go home

Oh maybe
You don't have to kill so kind
Pretend to ease my mind
When baby you won't

Oh sugar
You don't have to be so sweet
I know who you're going to meet
Don't say that I don't

So maybe
I won't let your memory haunt me
I'll be sleepwalking
With the lonely

If you're taking me home
Tell me if I'm back on my own
Giving back a heart that's on loan
Just tell me if you wanna go home

Tell me if you wanna go home
Cause I'm just not sure
Tell me if I'm back on my own
How to get back there
Giving back a heart that's on loan
And I just can't bear
Tell me if you wanna go home
If you're not there

Ooh ooh ooh ooh
Baby

If you're taking me home
Tell me if I'm back on my own
Giving back a heart that's on loan
Tell me if you wanna go
Wanna go, wanna go, wanna go, wanna

Cause I'm just not sure
How to get back there
And I just can't bear
If you're not there

Tell me if you wanna go home
Cause I'm just not sure
Tell me if I'm back on my own
How to get back there
Giving back a heart that's on loan
And I just can't bear
Just tell me if you wanna go home
Wanna go, wanna go, wanna go, wanna

Wanna go, wanna
Wanna go, wanna

Wednesday, January 14, 2015

Re-run (part 4)

Orang bilang sendiri itu pedih, sendiri itu kesepian, banyak yang gak mampu menerima kesendiriannya. Memaksa diri untuk jadi manusia lain, agar diterima lingkungan, agar dianggap wow , agar dianggap punya tahta. 
Aku sedari kecil suka menyendiri, bukan berati tak ada teman... Aku cukup populer di sekolah. Banyak yang ingin bermain denganku, sering disapa oleh teman beda kelas yang aku bahkan tak tahu siapa namanya. Tapi yang kulakukan setiap hari bukannya bermain dengan mereka, tapi aku sembunyi di ruang UKS sambil membawa komik kesayanganku candy candy. Tiduran di bed keras beralas sprei putih, tempat yang dijauhi anak2 karena gosipnya angker, justru jadi tempat istirahat yg menyenangkan bagiku. Jadi bukan hal aneh kalo sebenarnya ak memilih pergi sendiri ke negara ini... Karena mungkin ak adalah sebagian orang yang justru menemukan duniaku kala aku sendirian. 

Langkah kakiku menaiki fushimi inari semakin melemah, entah berapa ribuan anak tangga yg sudah kulewati tadi, sejenak aku berhenti di tempat peristirahatan yang menjual minuman. Duduk disana, melihat alam yg begitu indah . Warna oranye yang mendominasi kuil ini sangat kontras dipadu dengan dedaunan hijau dari pohon-pohon raksasa. 

Fushimi inari adalah kuil shinto, yang terletak di kaki gunung inari masi di wilayah kyoto, tempat kunjungan wajib bagi para wisatawan. Kuil ini adalah kuil kesuburan, tempat berdoa untuk kelancaran bisnis dan transportasi. Kuil utama terletak di puncak gunung ini. Yang unik kuil ini memiliki hampir 10000 torii yang dicat oranye. Indah .. Sangaaat indah... Sayangnya aku sudah tidak sanggup lagi kalo harus mendaki ke puncak, jadi kuputuskan untuk turun dan melanjutkan perjalanan ke arashiyama . 

(4)  

Tuesday, January 13, 2015

re-run (part 3)

" All those days watching from the windows
All those years outside looking in
All that time never even knowing
Just how blind I've been
Now I'm here blinking in the starlight
Now I'm here suddenly I see
Standing here it's all so clear
I'm where I'm meant to be "

(i see the light - mandy moore)


Sekian lama dalam hidupku, aku belum pernah melakukan perjalanan, sendirian hanya untuk menguji diriku sendiri. apakah sesuatu keputusan terimpulsif ini akan memberikan aku kelegaan atau aku akan menyesal. saat ini tepat pukul 9 malam waktu jepang, aku sedang duduk sambil menatap pohon besar sakura di maruyama park sakura sudah bermekaran, pohon besar itu tampak megah dan indah, disorot lampu taman. udara semakin dingin menusuk tulangku, aku menarik resleting jaketku lebih tinggi, dan merapatkan syal. keinginanku untuk lebih lama berada disana tidak didukung oleh tubuhku yang lemah cuaca dingin. ponselku bergetar, sebuah line message menyapa , lola mencariku, sahabat terbaikku itu hampir mati tersedak kopinya ketika aku bilang aku akan ke jepang. 


"Gue tahu lo gila ! tapi sumpah ini hal paling gila yang lo lakuin, ngalahin rekor gila lo dalam  hal perfangirl-an, lo mo kabur apa gimana sih? ga jadi pengen nikah? lo mo bikin kev murka? lalu ninggalin lo? atau lo cuma mo cari perhatian?"

"Gue gak tau la, tapi gue kudu pergii... bukan untuk apapun atau siapapun, ini demi sesuatu yang gue cari."

"apa yang lo cari?? semua uda adaaa , semua doa lo uda dijawab, lo pingin dinikahi pangeran kaya raya yang mencintaimu apa adanya, yang gak akan menghinamu lagi seperti yang dilakukan dylan sama kamu, you have it baby, you find your prince, he loves you sooooooooooo much." 

"La, justru aku pergi untuk Kev, aku ingin pulang dari perjalananku sebagai aku yang baru... aku yang bukan boneka rapuh yang diselamatkannya, aku ingin utuh La..."


Kyoto di malam hari, lampu-lampu jalanan yang berkelip-kelip, begitu tenang dan damai. aku memutuskan pulang ke penginapan dengan berjalan kaki, menyusuri jalan gion sampai kawaramachi . pertokoan sudah tutup semua, hanya tersisa bebrapa tempat makan yang masih buka. aku menyempatkan untuk mengisi perut di warung udon. besok masih hari yang panjang. 


(4)

Re-run (part 2)

KYOTO

Menyusuri Kyoto dengan segala kesederhanaanya, udara yang hampir mencapai 11 derajat celcius tidak menyurutkan langkah saya. kyomizudera adalah tujuan pertama . kuil air ini tidak jauh dari distrik gion, mencapainya hanya perlu berjaloan menanjak naik, yang tidak akan kamu rasakan lelahnya, karena di sepanjang perjalanan kita naik ke atas, akan banyak toko-toko disamping kanan kiri jalan yang menjajakan jajanan.kuil budha yang ramai dikunjungi oleh wisatawan yang bahkan orang jepang sendiri, sepanjang jalan masuk ke kuil pohon pohon sakura bermekaran. aku segera menuju ke main hall. konon tempat ini habis terbakar akibat perang dan bencana alam. sudah mengalami 10 kali pemugaran. puas memandang sekeliling kuil dari halaman main hall, aku iseng mengikuti sepasang muda-mudi jepang yang akan mencoba peruntungan percintaan mereka di kuil samping main hall disana ada sebuah batu yang mereka sebut batu cinta. berjalan dengan mata tertutup menuju batu itu engkau akan beruntung dalam percintaanmu dengan kekasihmu saat ini, tapi jika melenceng berarti kau dan kekasihmu tidak berjodoh. aku meolak mencobanya, dalam hati aku takut... takut jika hatiku goyah lagi dan berbuat lebih fatal dari sekedar kabur ke jepang seperti ini. 
aku melanjutlkan lagi berkeliling kuil, mencoba berdoa dengan menggoyangkan lonceng dan melempar koin. semua hal yang tadinya hanya aku lihat di film dorama. ketika sedang menalikan sneakers , seorang pendeta mendatangiku, dia menunjukkan sebuah jalan menuju ke bawah tanah kuil itu, ditunnjukkan sebuah poto batu giok besar yang katanya berada di bawah tanah. aku pun melepas sepatuku lagi dan mengikutinya, yang ternyata dia meninggalkan aku sendiri untuk turun ke bawah. dia bilang agar aku jangan melepaskan peganganku pada tembok yg diberi ulir-ulir penuntun. aku separuh mengumpat padanya, kupikir dia akan memberiku travel guide. dengan hati-hati aku menuruni tangga itu, semakin lama semakin gelap, hamppir sama sekali tak ada cahaya, rasanya sesak, aku menyesal masuk kesini, lantai yang dingin, ruangan ynag benar-benar gelap, pendeta tadi bilang aku akan menemukan batu giok yang berputar, dia memintaku untuk berdoa sambil menyentuhnya . sekarang aku nyaris putus asa batu itu tak kutemukan, tapi ya batu itu ada... indah berpendar berwarna hijau, serasa dapat pencerahan aku separuh berjalan cepat ke batu itu dan melakukan apa yang pendeta tadi sampaikan padaku. 

mungkin terlihat aneh seorang perempuan pergi sendirian sejauh ini, berbekal satu pack carrier dan telepon genggam. siapa yang mengira perempuan ini adalah perempuan yang kabur sejenak dari hectic pernikahannya. bukan Alexa jika tidak keras kepala, dan tunangannya tahu benar itu. aku pun tidak tahu mengapa aku seimpulsif itu membeli tiket pesawat ini . aku hanya tahu saat itu aku mau ini, aku menginginkan ini. 

(2)

Re-run

How you thinking bout loving someone? Its just like taking a risk to carry a glass with your hand. Once you slipped they gone.

Aku menunggu panggilan untuk pesawatku, masih sama rasanya, gelisah. Im still Alexa that hate plane, hate of travel, hate of waiting something that she doesnt know where is belong. But here i am, memulai lagi sebuah perjalanan. Alone. Sebelum satu bulir air mata jatuh lagi di pipi. Aku segera berdiri menuju pintu itu, sebuah pintu yang akan membawaku kesana, pesawat tujuan kansai osaka .

 Matahari dengan cahaya keemasannya menerobos masuk dari jendela pesawat, kumpulan awan putih, langit biru yang cemerlang. Aku mengerjapkan mata, menyebut nama penciptaku dalam hati. Siapalah pemilik dari semua ini hanya Dia semata, Dia yang merencanakan segalanya. Kupejamkan mata lagi, semua akan berakhir, semua luapan ini,  Perasaan rindu yang menyelinap lagi, rindu yang perih kurasakan, rindu yang tidak dapat lagi aku sampaikan pada pemiliknya. But i promise i wont, i wont tell him that i miss him even i can show him now. Yes that’s i am after that hurricane. im in pain i guess,,,

  Before

“Kita menikah 3 minggu lagi, apa yang kau pikirkan ? Untuk apa booking tiket pesawat ini?” Kertas hvs berukuran A4 yang aku print tadi siang dilemparkannya ke meja kerjaku, aku bukan tidak tahu betapa murkanya pria yg sekarang sedang berdiri dihadapanku. tapi Bukan aku jika berusaha meraih hatinya dengan merayu-rayu dan bilang itu hanya bercanda. Karena aku memang tidak bercanda ketika memutuskan untuk melakukan perjalanan ke jepang itu sendirian, di waktu yang sangat mepet dengan rencana pernikahan kami.

 “Maaf, tapi aku perlu perjalanan ini...” ucapku lirih tanpa berani menatap wajahnya, menatap pria yang akan segera menjadi suamiku.

 “aku akan menghabiskan seluruh hidupku selamanya padamu, tolong biarkan aku pergi ..” dengan tidak tahu malu aku tetap memohon padanya.

 BRAK

 Suara pintu di banting adalah ijinnya. Diamnya adalah persetujuan atas permohonanku. Panggil aku egois. Memang aku egois. Keputusanku menikahinya juga karena aku egois... Hanya karena aku tahu, dia adalah pria yang akan rela menikahiku dalam keadaanku yang terhancur sekalipun. (1)